Peragawati kawakan terkenal Ratih Sanggarwati mengaku sangat menikmati kegiatannya belakangan ini. Sejak tahun 2002, wanita kelahiran Ngawi tanggal 8 Desember 1962 ini menjadi Duta Peduli Dhuafa oleh Lembaga Dompet Dhuafa Republika (DDR) – kini Baznas Dompet Dhuafa.
Ratih, justru menganggap pekerjaannya mengurus kaum dhuafa merupakan pekerjaan yang memang telah digariskan oleh Allah SWT. Saat memutuskan berjilbab tahun 2000, karirnya sedang bersinar. Saat itu ia hanya minta kepada Allah SWT agar diberi pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Maka ketika tahun 2002 lalu Dompet Dhuafa memintanya menjadi duta peduli dhuafa, maka langsung menerimanya dengan senang hati.
Sejak tahun pertama menjalani pekerjaan itu, ia seperti dibukakan matanya oleh Allah SWT. Suatu saat ia mendapat tugas di Kota Balikpapan (Kaltim Indonesia), untuk memberi santunan kepada para wanita pekerja kasar yang disebut ibu-ibu tangguh.
Salah satunya adalah seorang ibu dengan tiga anak yang perkerjaannya memecah batu gunung dengan penghasilan hanya Rp 90 ribu perbulan. Subhanallah, Rp 90 ribu untuk membayar parkir saja sebulan di Jakarta tidak cukup, apalagi di Balikpapan yang biaya hidupnya cukup mahal.
Dari kedekatannya dengan kaum dhuafa itu membuatnya belajar menjadi orang yang bersyukur dan menghargai karunia sekecil apapun. Ia mengerti kenapa Islam mengharuskan umatnya berbagi. “Karena hari ini saya mendapatkan uang banyak, artinya besok saya harus memberikannya kepada orang yang sangat memerlukanya tadi.”
“Jadi tidak ada kebanggaan lagi ketika saya dibayar mahal. Dan demikian pula tidak ada kekecewaan jika saya ternyata dibayar sedikit,” ujarnya. Selain itu ia juga tidak jor-joran jika berbelanja (shoping). “Kalau dulu, ia menginginkan sebuah tas, misalnya, maka ia langsung saja membelinya. Sekarang barang kali saya berpikir 1000 kali untuk beli tas bila ada orang yang lebih utama saya bantu,” katanya.
Ia mengakui, kegiatannya sekarang ini tak lepas dari apa yang dimintanya kepada Allah SWT pada setiap do’anya, “Ya Allah saya tidak bisa memilih pekerjaan saya sendiri, saya menganggap semua pekerjaan yang datang kepada saya atas izin-Mu. Jadi izinkanlah pekerjaan yang baik-baik saja, yakni pekerjaan-pekerjaan yang membuat saya semakin dekat kepada-Mu. Kalau pekerjaan itu semakin membuat saya semakin jauh kepada-Mu jangan berikan kepada saya,”kutip Ratih.
Sumber: "Dahsyatnya Keajaiban Sedekah" (Book)
Mewujudkan prinsip seperti itu tetap saja susah. Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmm..............T_T
ReplyDeleteTerkadang seperti itu, :)
ReplyDeleteSemangat!!!
insyaAllah... semoga diberi kemudahan...
ReplyDeleteInsya Allah mas Dimas, Amin..
ReplyDelete